-->

Ali Rokhmad : Hikmah Tersirat Di Balik melempar Jumroh Yang Perlu Anda Ketahui

Kepala Bagian Tuntunan Beribadah serta Pengawasan KBIH Ali Rokhmad menuturkan ahwa memerangi iblis serta setan bukanlah lantaran mau membunuhnya, tetapi berusaha supaya godaan mereka tak dapat menembus diri kita. “Sampai kiamat, iblis akan tidak pernah mati. Jadi, sia-sia saja bila kita mau membunuhnya. Jadi, yang perlu kita bunuh yaitu sifat-sifat iblis serta setan yang ada pada diri kita, ” terang Ali Rokhmad pada Media Center Haji (MCH), Makkah, Kamis 

Sesudah melakukan Wukuf di Arafah serta Mabit (bermalam) di Muzdalifah, Kamis pagi ini, jamaah haji bakal mulai melempar jumrah (ula, wustha, serta aqabah). Aktivitas yang bakal berjalan sampai hari tasyrik tanggal 11, 12, serta 13 Dzulhijjah ini mempunyai filosofi yang dalam juga sebagai simbol melontar iblis sebagai musuh manusia yang riil walau ghaib.

Menurut dia, prosesi melempar jumrah didalam beribadah haji tampak gampang, namun sesungguhnya banyak praktek yang salah kaprah, seperti : membersihkan batu kerikil saat sebelum dilontarkan, dan melontar jumrah memakai terkecuali batu kerikil. Termasuk juga praktek yang salah yaitu melemparkan batu kerikil 7 (tujuh) buah sekalian. Diluar itu juga meminta digantikan melemparkan walau sebenarnya dia masih tetap dapat lakukan sendiri.
Disebutkan Ali Rokhmad, melontar 3 (tiga) jumrah bisa dimaknai melemparkan karakter trilogi thaghut (pendurka Allah) yang populer dari dalam diri kita, yaitu : Qarun, Bal’am, serta Fir’aun. Terkecuali mereka bertiga, sesungguhnya thaghut dipelopori oleh iblis, lantas diikuti oleh Qabil putra Nabi Adam as. “Trilogi thagut atau 3 ciri-ciri thaghut ini bakal senantiasa ada di tiap-tiap zaman, golongan, serta susunan orang-orang di tiap-tiap bangsa serta Negara, ” terangnya. “Paham ini, jadi subur saat kepemimpinan tak dipandu syariat Allah Swt., ” imbuhnya.

Baca Juga


Melontar Jumroh


Jumrah ula, menurut Ali yaitu melontar karakter Qarun dari dalam diri jamaah haji. Lemparan batu pada jumrah ini diinginkan jadi lambang kesadaran untuk membebaskan diri dari sifat-sifat Qarun, seperti :

1) Karakter ‘ujub’ Qarun yang kagum pada diri sendiri juga sebagai orang yang pakar memperoleh harta kekayaan.

2) Karakter ‘lalai bersyukur’ Qarun pada Allah maupun berterima kasih pada beberapa orang pernah berjasa.
3) Karakter ‘pelit atau bakhil’ Qarun yang malas keluarkan harta untuk menolong fakir miskin, serta beberapa orang yang membutuhkan atau membiayai perjuangan di jalan Allah. 4) Karakter ‘pamer’ Qarun yang sukai mengoleksi barang yg tidak butuh di tempat tinggalnya, sebatas untuk tunjukkan bahwa dianya kaya.
5) Karakter ‘tamak’ Qarun yg tidak terasa cukup hanya harta kekayaan yang dipunyainya serta senantiasa melihat ke atas. Angan-angannya kerap menyampaikan, “Kapan saya lebih kaya seperti orang itu? ”.

6) Karakter ‘westernisasi’ Qarun yang kebarat-baratan dalam langkah hidup, makan-minum, kenakan pakaian, hiburan, dsb. 7) Karakter ‘menghitung-hitung’ harta yang bakal serta sudah kau sedekahkan di jalan-Nya. Serta 8) Harta ‘haram’ Qarun supaya tak mencemari harta halalmu.
Sesaat Jumrah Wustha, menurut Ali adalah lambang membebaskan diri dari sifat-sifat Bal’am, yakni : 1) karakter ‘menjilat’. 2) karakter ‘menjual’ ayat serta kebenaran untuk permasalahan dunia yang cuma sesaat. 3) karakter menghalalkan semua langkah untuk memperoleh hasrat duniawi dan kehormatan sebentar. Serta 4) karakter ‘perselingkuhan’ ruhani Bal’am yang menggadaikan pekerjaan dari Nabi Musa pada Raja Madyan dengan kedudukan, pangkat, serta istri cantik dari sang raja.
Mengenai Jumrah Aqabah, menurut Ali Rokhmad adalah lambang melemparkan sifat-sifat Fir’aun dalam diri jamaah, seperti : 1) karakter kesombongan serta kedurhakaan. 2) kemusyrikan’ Fir’aun yang senantiasa menyekutukan Allah. 3) karakter mendustakan agama. 4) karakter ‘dzalim’ pada istrinya hingga tega memukul, memenjarakan, bahkan juga membunuhnya.
5) Karakter ‘menumpuk-numpuk’. Saat sakit, ia minta ampun kepada-Nya. Namun giliran sembuh, ia lupa apa yang sudah menimpanya. “Lemparkan karakter ‘tidak selekasnya bertaubat’ sampai pada akhirnya wafat dalam situasi su’ul khatimah, ” papar Ali Rokhmad. Searah dengan itu, usai melontar jumrah, jamaah haji menurut Ali Rokhmad diinginkan bisa buang seluruhnya sifat-sifat Qarun, Bal’am, serta Fir’aun, serta menggantinya dengan sifat-sifat Nabi Adam, Nabi Musa, Nabi Ibrahim, serta Nabi Muhammad saw., yang kesemuanya adalah karakter atau akhlak terpuji (mahmudah).
“Melontarkan karakter iblis serta setan bakal melahirkan karakter tawadlu (rendah hati) dalam diri, pribadi yang selau bertaubat pada Allah SWT, bersukur, qana’ah dengan apa yang didapatkan Allah Swt, ” tuturnya.
Sekian perihal saat melemparkan karakter Bal’am, jadi bakal menumbuhkan karakter jujur, serta mempunyai keimanan yang kuat dan tangguh hadapi gejolak kehidupan yang penuh dengan tipu daya yang menyesatkan.
Ali Rokhmad mengharapkan beribadah haji bisa melahirkan sifat-sifat yang baik juga sebagai sisi dari pendidikan ciri-ciri untuk sebuah bangsa menuju revolusi mental dalam beragama.

source : kemenag go. id

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel