-->

Menjadi Kekasih Sang Maha.. (Belajar Pada Keteladan Nabi Ibrahim As.)

Mendengar kata kekasih sudah tentu kita akan membayangkan asyiknya dimanja-manja. asyiknya sepanjang waktu, minta ini diupayakan, minta itu disegerakan. bahkan hanya dengan  isyarat saja keinginan itu akan diwujudkan.

sebagai contoh, jika seseorang memiliki buah hati kesayangan. apalagi ia adalah anak tunggal. tak peduli keluar biaya berapapun, asal ia senang dan bahagia, jika mampu maka pasti akan secepatnya dibelikan.

itu merupakan salah satu permisalan kasih orang tua terhadap anak. kasih sayang antar sesama manusia. Sungguh merupakan nikmat yang luar biasa jika menjadi Kekasih Sang Maha (Allah Subhanahu Wa Ta’ala). berikut kita akan belajar pada kisah Bapaknya Para Nabi, yaitu Nabi Ibrahim Alaihis Salam.

“Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya”  (An-Nisa :125)

dengan jelas dan tegas, salah satu Nabi penerima Anugerah Ulul Azmi tersebut mendapat keistimewaan secara khusus dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tidak tanggung-tanggung, Allah kabulkan do’a Ibrahim untuk hanya mengambil anak keturunannya sebagai Rasul setelahnya. dan Allah adalah Maha  Pengabul segala do’a. 

kemudian Allah kabulkan permohonan Beliau, termasuk Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah keturunan Nabi Ibrahim. nikmat dan bukti kasih sayang Allah kepada kekasihnya (Nabi Ibrahim As.)

ketika Nabi ibrahim As. ditanya “dengan apa sehingga Allah menjadikan engkau sebagai kekasih?
maka Nabi Ibrahim menjawab, dengan tiga hal, yaitu :

1. aku memilih melaksanakan perintah Allah  daripada perintah selain Allah
2. aku tidak bersedih hati atas apa yang telah Allah tanggung  atas diriku (rezeki)
3. dan tidak sekali-kali aku makan malam atau makan pagi kecuali bersama-sama dengan tamu.

poin pertama merupakan bentuk kepatuhan seorang Nabi terhadap SANG MAHA (Allah Subhnahu Wa Ta’ala) . perintah apapun yang diwahyukan Allah pasti benar dan harus dilakukan. tidak ada kebatilan yang datang dari perintah Allah justru Allah merancang segala perintah-Nya untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat daripada hamba-hambaNya. dan sudah sepantasnya tiap hamba melaksanakan perintah Allah, tak terkecuali Nabi Ibrahim.

ibadahmu adalah untuk kebaikanmu sendiri, Allah kita sembah atau tidak kebesaran Allah tidak akan berkurang. sesungguhnya Allah Maha berdiri sendiri, dan Kebesaran Allah, tidak terikat oleh sesuatu apapun. Maha  Besar Allah dari apa yang orang musyrik persekutukan.

poin kedua membuktikan keyakinan bahwa janji Allah ialah benar, janji Allah adalah pasti, dan Allah adalah Maha Menepati Janji. tentang rezeki, jodoh, lahir, dan kematian ialah takdir tetap tanpa bisa digugat sama sekali. Allah Sang Maha Pencipta tentu mengerti betul kapasitas dan kapabilitas makhluknya yang diciptakanNya. maka semestinya siapapun meneladani bentuk kepasrahan Nabi Ibrahim alaihis Salam ini, 

yakin bahwa Allah tak akan keliru mencurahkan nikmat dan anugerah kepada semua makhluk. dan Sesungguhnya Allah adalah Maha Menepati Janji, maka setiap Janji-Nya adalah benar. orang yang beriman tentu saja merasa  tenang, hatinya damai, jauh dari kecemasan terhadap dunia. yang dicemaskannya hanyalah takut untuk jauh dari Alllah.

sementara poin terakhir  terlihat betapa Nabi Ibirahim sangat tawadhu’  sampai-sampai enggan menikmati  rezeki dari Allah sendirian. dalam satu riwayat disebutkan bahwa Nabi IBrahim Alaihis Salam. berjalan satu mil atau dua mil untuk mencari orang yang mau diajak makan bersamanya. 

poin ketiga ini seolah-olah tampak biasa. tapi bukanlah Allah memerintahkan menjaga hubungan baik terhadap sesama manusia?  Allah pula mengajarkan kepada Nabi Ibrahim sebagai pemimpin harus bertanggung jawab terhadap kaum yang dipimpinnya. hingga urusan makan saja ia mesti memastikan kaumnya turut menikmati makan bersamanya.

maka bukanlah sebuah keheranan sebab kecintaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala mencintai Nabi Ibrahim. begitulah sedikit bukti kecintaan seorang Nabi terhadap Tuhannya (llah Subhanahu Wa Ta’ala). 

Tumbuhnya cinta itulah menjadi penyebab Allah mengangkat ia sebagai kekasihNya. tinggal bagaimana kita mengambil teladan, hikmah, dan pelajaran dari para kekasih Allah Subhanahu Wa Ta’ala

lantas, maukah anda menikmati indahnya menjadi kekasih Allah...? 

wallahu A’lam Bishsawab...


Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel