Menyikapi Orang Tua Yang Egois dan Suka Mengutuk Anaknya
Asslamau'alaikum ustadzah. Perkenalkan nama ana WI. Izin bertanya ustadzah. Bagaimana cara kita menghadapi orang tua yang suka menang sendiri dan suka mengkutuk anaknya sendiri? bagaimana cara menata hati kita yang tidak bisa menerima perlakuan orang tua tersebut? karena ana pribadi diwaktu kecil sering mendapatkan perlakuan negatif dari orang tua, seperti : kalau sedang marah suka bilang anak durhaka, hati batu, memanggil anak dengan nama hewan, jujur dimarahi yang akhirnya sampai sekarang terkadang ana sendiri ga jujur sama orang tua karena menurut ana percuma jujur kalau ga dihargai kejujuran kita, nilai sekolah dibawah ekspentasi orang tua kita dimarahi bahkan dipukul dan buku kita disobek2 dan terkadang ketika di sekolah guru ana bertanya kenapa mukanya karena babak belur di rumah oleh orang tua. Dan sampai sekarang ana masih teringat akan hal itu, hati ana memberontak ga terima. Mencoba untuk memafkan tapi ga bisa. Dan
sampai sekarang ana merasa ga nyaman di dekat orang tua dan ana merasa ana tidak mempunyai orang tua. Ana harus bagaimana ustadzah? Mohon dijawab.
syukron
Hormat kami,
WI
sampai sekarang ana merasa ga nyaman di dekat orang tua dan ana merasa ana tidak mempunyai orang tua. Ana harus bagaimana ustadzah? Mohon dijawab.
syukron
Hormat kami,
WI
Pembahasan
NASEHAT TERHADAP ORANG TUA YANG SUKA MENGUTUK ANAKNYA
Setiap orang tua tentu tidak menginginkan keburukan pada anaknya. Ini merupakan fitrah yang Allah Ta’ala tanamkan sebagai salah satu tanda dari sifat rahmah Allah Ta’ala.
Terdapat dalam shahihain, dari ‘Umar bin Al–Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
قَدِمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم– بِسَبْىٍ فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنَ السَّبْىِ تَبْتَغِى إِذَا وَجَدَتْ صَبِيًّا فِى السَّبْىِ أَخَذَتْهُ فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا وَأَرْضَعَتْهُ فَقَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم– « أَتَرَوْنَ هَذِهِ الْمَرْأَةَ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِى النَّارِ ». قُلْنَا لاَ وَاللَّهِ وَهِىَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لاَ تَطْرَحَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم– « لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا ».
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperoleh banyak tawanan perang. Tiba-tiba ada seorang perempuan dari mereka yang mencari bayinya dalam kelompok tawanan tersebut. Kemudian dia mengambil bayi itu, memeluknya kemudian menyusuinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada kami, “Menurut kalian, apakah perempuan ini tega melemparkan anaknya itu ke dalam api?” Kami pun menjawab, “Demi Allah, tidak akan melemparkannya ke api selama dia masih mampu untuk tidak melemparnya.”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh Allah lebih sayang kepada para hamba–Nya, melebihi kasih sayang perempuan ini terhadap anaknya.” (HR. Bukhari no 5999 dan Muslim no. 2754).
Demikianlah fitrah orang tua yang akan senantiasa menyayangi anaknya. Keselamatan sang anak menjadi suatu hal yang selalu terngiang di benaknya.
Pada beberapa kisah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan kebaikan untuk anak keturunan beliau secara khusus dan anak kaum muslimin secara umum. Kebalikan dari hal tersebut, wahai para orang tua, berhati-hatilah dan waspadalah dari mendoakan keburukan kepada anak-anak kita. Karena boleh jadi doa (atau ungkapan) buruk kita tersebut bertepatan dengan waktu dikabulkannya doa. Sehingga doa buruk tersebut pun terkabul dan kita akhirnya akan memetik hasilnya.
Terkait hal ini terdapat sebuah hadits yang panjang di kitab Shahih Muslim. Berikut ini kami cuplikkan petikan kisah ringkasnya.
Ada seorang lelaki yang berucap kepada untanya,
شَأْ لَعَنَكَ اللَّهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم– « مَنْ هَذَا اللاَّعِنُ بَعِيرَهُ ». قَالَ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « انْزِلْ عَنْهُ فَلاَ تَصْحَبْنَا بِمَلْعُونٍ لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَلاَ تَدْعُوا عَلَى أَوْلاَدِكُمْ وَلاَ تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ لاَ تُوَافِقُوا مِنَ اللَّهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ ».
“Hus (kalimat hardikan kepada unta agar jalannya cepat), semoga Allah melaknatmu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Siapa yang melaknat untanya itu?” Lelaki itu menjawab, “Aku, wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Turunlah (dan turunkanlah barang-barangmu darinya) [1] Janganlah Engkau menyertai sesuatu yang terlaknat. Janganlah Engkau mendoakan keburukan untuk dirimu sendiri. Janganlah Engkau mendoakan keburukan kepada anak-anakmu. [2] Jangalah engkau mendoakan keburukan pada harta-hartamu [3]. Agar (doa tersebut) tidak bertepatan dengan saat-saat di mana Allah memberikan dan mengabulkan doa dan permintaan kalian.” (HR. Muslim no. 3009).
Guru kami, Ustadz Aris Munandar hafizhahullah, menceritakan sebuah kisah berikut.
Perlu diketahui bahwa salah satu kebiasaan orang Arab yang mengenal agama Islam ketika mereka sedang marah besar, mereka sering mengucapkan ‘Allahu Yahdik’ (Semoga Allah Ta’ala memberikanmu hidayah). Kalimat ini secara bahasa tidak menganduk makna keburukan. Namun berdasarkan adat kebiasaan orang Arab, kalimat ini merupakan ungkapan kemarahan mereka.
Disebutkan bahwa salah satu sebab Syaikh Muqbil bin Hadi Al–Wadi’i rahimahullah menjadi seorang ulama besar ahlu sunnah adalah bahwa orang tuanya pernah marah besar kepadanya lantas mengucapkan, “Allahu Yahdik.” Kemudian Allah Ta’ala pun mengabulkan doa orang tua beliau sehingga kita mengenal beliau merupakan salah seorang ulama besar ahlu sunnah yang tidak tercemar lingkungan syi’ah zaidiyah.
Oleh karena itu, mari jaga lisan kita dari mengucapkan doa atau ungkapan keburukan pada anak keturunan kita. Marilah kita ganti doa keburukan tersebut dengan ucapan yang baik, walaupun kita sedang marah besar kepada anak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
ثَلَاثُ دَعْوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لَا شَكَّ فِيْهِنَّ : دَعْوَةُ المَظْلُوْمِ وَ دَعْوَةُ المُسَافِرِ وَ دَعْوَةُ الوَالِدِ لِوَلَدِهِ.
“Tiga doa yang akan dikabulkan dan tidak ada keraguan pada terkabulnya: doa orang yang dizhalimi, doa orang yang safar dan doa kebaikan orang tua kepada anaknya.” (HR. Muslim no. 3009).
Mudah-mudahan kita dapat mengamalkannya.
NASEHAT TERHADAP ANAK, BAGAIMANAPUN SIKAP ORANG TUA TERHADAP SANG ANAK
Tak bisa dipungkiri bahwa terkadang hubungan anak dan orang tua berjalan tidak baik. Adakalanya, kita sebagai anak merasa orang tua bersikap egois. Seolah tidak peduli dengan kemauan kita.
Sebenarnya ada banyak contoh dimana orang tua terkadang bersikap tidak sesuai dengan kemauan anaknya. Lalu bagaimana islam memandang hal tersebut? Berikut ini kami sajikan cara-cara menghadapi orang tua yang egois menurut islam.
1. Berbicara dengan sopan
Ketika kita menghadapi sifat orang tua yang egois, maka kita tidak boleh membalasnya dengan perbuatan yang sama. Cara terbaik adalah membicarakannya dengan sopan dan tutur kata yang halus. Islam mengajarkan untuk bersikap baik terhadap orang tua. Sekalipun orang tuanya yang berbuat salah. Terkecuali bila orang tua menyuruh berbuat syirik maka kita wajib menolak. Namun ingat, harus bicara lembut ya!
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran:
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”(QS. Al-Isra’ ayat 23)
2. Bersikap sabar
Selanjutnya, kita harus bersikap sabar. Sekalipun perbuatan orang tua menyakiti hati dan membuat kita menangis tetap saja kita tidak boleh marah-marah. Cobalah untuk bersabar. Tentu saja, bersabar bukanlah hal mudah. Namun apabila kita mampu melakukannya maka Allah Ta’ala akan memberikan pahala yang besar. Sebaigamana firman-Nya:
“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. (Al-Baqarah : 177)
“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. (An-Nahl : 96)
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiaga-siaga (diperbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Imran: 200)
“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS. Asy-Syuura: 43).
3. Menasehati dengan tutur kata yang lembut
Jika memang orang tua bersikap egois untuk hal yang tidak diridhoi oleh Allah Ta’ala, maka sikap kita adalah menasehatinya dengan lembut. Mengucapkan tutur kata yang baik dan jangan bersikap sok tau. Lakukan saja layaknya sharing. Bagaimanapun juga kewajiban seorang anak adalah menghormati orang tua. Jadi tidak dibenarkan apabila kita bersikap seolah lebih pintar. Dengarkan saja pendapatnya. Kemudian kita juga turut menyampaikan pendapat. Seperti itu saja.
4. Menuruti kemauan orang tua
Orang tua bersikap egois untuk beberapa alasan. Kita perlu memperhatikan penyebabnya terlebih dahulu sebelum mengambil sikap. Apabila kemauannya tidak merugikan dan tidak bertentangan dengan syariat agama, maka sebaiknya pertimbangan lagi. Ingatlah, bahwa orang tua pasti ingin yang terbaik bagi anak-anaknya. Walaupun menurut pandangan kita kurang cocok tapi cobalah menerimanya dengan ikhlas. InsyaAllah diridhoi oleh Sang Maha Kuasa.
5. Jangan menyakiti perasaan orang tua
Cara menghadapi orang tua yang egois menurut islam haruslah dengan cara yang baik. Tidak boleh menyakiti ataupun menyinggung perasaan orang tua. Sebab perbuatan tersebut termasuk durhaka pada orang tua. Dan perlu kalian tahu, durhaka adalah dosa yang besar.
“Maukah aku beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, ‘Baiklah, ya Rasulullah’. Bersabda Nabi: Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua serta camkanlah dan saksi palsu dan perkataan bohong”. Maka Nabi selalu megulangi, ‘Dan persaksian palsu’ sehingga kami berkata, ‘semoga Nabi diam.” (HR.Bukhari dan Muslim).
6. Ajak orang tua mengikuti kajian
Apabila kita memang tidak mampu memberikan nasehat yang baik pada orang tua, maka cobalah mengajak orang tua mengikuti kajian atau majelis ilmu. Hal ini dapat membantu membuka wawasan orang tua. Namun ingat, untuk cara mengajaknya sebaiknya secara baik-baik. Jika memang orang tua tidak mau atau tidak sempat karena terlalu sibuk, kita bisa menunjukkan video agama kepada orang tua. Tunjukkan bahwa agama islam itu bersifat toleran dan memiliki batas-batas yang jelas antara haram dan halal.
7. Memberikan hadiah
Tidak ada salahnya sesekali kita memberikan orang tua oleh-oleh atau buah tangan. Cara ini juga bisa membantu meruntuhkan sikap orang tua yang egois. Tidak perlu membeli sesuatu yang mahal. Kita bisa memilih suatu benda yang disukai orang tua kita, misalnya baju koko atau cangkir. Atau juga bisa membuat hadiah handmade agar hati orang tua lebih tersentuh, misalnya syal rajut, kerajinan tangan bingkai foto, dan sebagainya.
8. Diam, namun tidak mendiamkan
Cara menghadapi orang tua yang egois menurut islam berikutnya adalah dengan diam. Bersikap diam bukan berarti mendiamkan ya. Cuma kita tidak perlu berbantah-batahan dengan orang tua. Daripada menjawab omongan ornag tua dengan kata-kata kasar, alangkah baiknya jika kita diam saja. Namun demikian kita tidak boleh mendiamkan orang tua. Jika orang tua mengajak berbicara ya kita harus menyahut. Yang terpenting jangan sampai berbuat durhaka.
Dalam hadist dijelaskan:
“Allah tidak akan menerima shalat orang yang dibenci kedua orang tuanya yang tidak menganiaya kepadanya.” (HR. Abu Al-Hasan bin Makruf)
“Ada tiga golongan yang Allah tidak menerima (amal kebajikannya) dari yang sunnah maupun yang fardhu, yaitu durhaka kepada orang tua, ornag yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya, dan ornag yang mendustakan takdir.” (HR. Thabrani)
Setiap orang tua tentu tidak menginginkan keburukan pada anaknya. Ini merupakan fitrah yang Allah Ta’ala tanamkan sebagai salah satu tanda dari sifat rahmah Allah Ta’ala.
Terdapat dalam shahihain, dari ‘Umar bin Al–Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
قَدِمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم– بِسَبْىٍ فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنَ السَّبْىِ تَبْتَغِى إِذَا وَجَدَتْ صَبِيًّا فِى السَّبْىِ أَخَذَتْهُ فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا وَأَرْضَعَتْهُ فَقَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم– « أَتَرَوْنَ هَذِهِ الْمَرْأَةَ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِى النَّارِ ». قُلْنَا لاَ وَاللَّهِ وَهِىَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لاَ تَطْرَحَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم– « لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا ».
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperoleh banyak tawanan perang. Tiba-tiba ada seorang perempuan dari mereka yang mencari bayinya dalam kelompok tawanan tersebut. Kemudian dia mengambil bayi itu, memeluknya kemudian menyusuinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada kami, “Menurut kalian, apakah perempuan ini tega melemparkan anaknya itu ke dalam api?” Kami pun menjawab, “Demi Allah, tidak akan melemparkannya ke api selama dia masih mampu untuk tidak melemparnya.”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh Allah lebih sayang kepada para hamba–Nya, melebihi kasih sayang perempuan ini terhadap anaknya.” (HR. Bukhari no 5999 dan Muslim no. 2754).
Demikianlah fitrah orang tua yang akan senantiasa menyayangi anaknya. Keselamatan sang anak menjadi suatu hal yang selalu terngiang di benaknya.
Pada beberapa kisah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan kebaikan untuk anak keturunan beliau secara khusus dan anak kaum muslimin secara umum. Kebalikan dari hal tersebut, wahai para orang tua, berhati-hatilah dan waspadalah dari mendoakan keburukan kepada anak-anak kita. Karena boleh jadi doa (atau ungkapan) buruk kita tersebut bertepatan dengan waktu dikabulkannya doa. Sehingga doa buruk tersebut pun terkabul dan kita akhirnya akan memetik hasilnya.
Terkait hal ini terdapat sebuah hadits yang panjang di kitab Shahih Muslim. Berikut ini kami cuplikkan petikan kisah ringkasnya.
Ada seorang lelaki yang berucap kepada untanya,
شَأْ لَعَنَكَ اللَّهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم– « مَنْ هَذَا اللاَّعِنُ بَعِيرَهُ ». قَالَ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « انْزِلْ عَنْهُ فَلاَ تَصْحَبْنَا بِمَلْعُونٍ لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَلاَ تَدْعُوا عَلَى أَوْلاَدِكُمْ وَلاَ تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ لاَ تُوَافِقُوا مِنَ اللَّهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ ».
“Hus (kalimat hardikan kepada unta agar jalannya cepat), semoga Allah melaknatmu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Siapa yang melaknat untanya itu?” Lelaki itu menjawab, “Aku, wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Turunlah (dan turunkanlah barang-barangmu darinya) [1] Janganlah Engkau menyertai sesuatu yang terlaknat. Janganlah Engkau mendoakan keburukan untuk dirimu sendiri. Janganlah Engkau mendoakan keburukan kepada anak-anakmu. [2] Jangalah engkau mendoakan keburukan pada harta-hartamu [3]. Agar (doa tersebut) tidak bertepatan dengan saat-saat di mana Allah memberikan dan mengabulkan doa dan permintaan kalian.” (HR. Muslim no. 3009).
Guru kami, Ustadz Aris Munandar hafizhahullah, menceritakan sebuah kisah berikut.
Perlu diketahui bahwa salah satu kebiasaan orang Arab yang mengenal agama Islam ketika mereka sedang marah besar, mereka sering mengucapkan ‘Allahu Yahdik’ (Semoga Allah Ta’ala memberikanmu hidayah). Kalimat ini secara bahasa tidak menganduk makna keburukan. Namun berdasarkan adat kebiasaan orang Arab, kalimat ini merupakan ungkapan kemarahan mereka.
Disebutkan bahwa salah satu sebab Syaikh Muqbil bin Hadi Al–Wadi’i rahimahullah menjadi seorang ulama besar ahlu sunnah adalah bahwa orang tuanya pernah marah besar kepadanya lantas mengucapkan, “Allahu Yahdik.” Kemudian Allah Ta’ala pun mengabulkan doa orang tua beliau sehingga kita mengenal beliau merupakan salah seorang ulama besar ahlu sunnah yang tidak tercemar lingkungan syi’ah zaidiyah.
Oleh karena itu, mari jaga lisan kita dari mengucapkan doa atau ungkapan keburukan pada anak keturunan kita. Marilah kita ganti doa keburukan tersebut dengan ucapan yang baik, walaupun kita sedang marah besar kepada anak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
ثَلَاثُ دَعْوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لَا شَكَّ فِيْهِنَّ : دَعْوَةُ المَظْلُوْمِ وَ دَعْوَةُ المُسَافِرِ وَ دَعْوَةُ الوَالِدِ لِوَلَدِهِ.
“Tiga doa yang akan dikabulkan dan tidak ada keraguan pada terkabulnya: doa orang yang dizhalimi, doa orang yang safar dan doa kebaikan orang tua kepada anaknya.” (HR. Muslim no. 3009).
Mudah-mudahan kita dapat mengamalkannya.
NASEHAT TERHADAP ANAK, BAGAIMANAPUN SIKAP ORANG TUA TERHADAP SANG ANAK
Tak bisa dipungkiri bahwa terkadang hubungan anak dan orang tua berjalan tidak baik. Adakalanya, kita sebagai anak merasa orang tua bersikap egois. Seolah tidak peduli dengan kemauan kita.
Sebenarnya ada banyak contoh dimana orang tua terkadang bersikap tidak sesuai dengan kemauan anaknya. Lalu bagaimana islam memandang hal tersebut? Berikut ini kami sajikan cara-cara menghadapi orang tua yang egois menurut islam.
1. Berbicara dengan sopan
Ketika kita menghadapi sifat orang tua yang egois, maka kita tidak boleh membalasnya dengan perbuatan yang sama. Cara terbaik adalah membicarakannya dengan sopan dan tutur kata yang halus. Islam mengajarkan untuk bersikap baik terhadap orang tua. Sekalipun orang tuanya yang berbuat salah. Terkecuali bila orang tua menyuruh berbuat syirik maka kita wajib menolak. Namun ingat, harus bicara lembut ya!
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran:
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”(QS. Al-Isra’ ayat 23)
2. Bersikap sabar
Selanjutnya, kita harus bersikap sabar. Sekalipun perbuatan orang tua menyakiti hati dan membuat kita menangis tetap saja kita tidak boleh marah-marah. Cobalah untuk bersabar. Tentu saja, bersabar bukanlah hal mudah. Namun apabila kita mampu melakukannya maka Allah Ta’ala akan memberikan pahala yang besar. Sebaigamana firman-Nya:
“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. (Al-Baqarah : 177)
“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. (An-Nahl : 96)
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiaga-siaga (diperbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Imran: 200)
“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS. Asy-Syuura: 43).
3. Menasehati dengan tutur kata yang lembut
Jika memang orang tua bersikap egois untuk hal yang tidak diridhoi oleh Allah Ta’ala, maka sikap kita adalah menasehatinya dengan lembut. Mengucapkan tutur kata yang baik dan jangan bersikap sok tau. Lakukan saja layaknya sharing. Bagaimanapun juga kewajiban seorang anak adalah menghormati orang tua. Jadi tidak dibenarkan apabila kita bersikap seolah lebih pintar. Dengarkan saja pendapatnya. Kemudian kita juga turut menyampaikan pendapat. Seperti itu saja.
4. Menuruti kemauan orang tua
Orang tua bersikap egois untuk beberapa alasan. Kita perlu memperhatikan penyebabnya terlebih dahulu sebelum mengambil sikap. Apabila kemauannya tidak merugikan dan tidak bertentangan dengan syariat agama, maka sebaiknya pertimbangan lagi. Ingatlah, bahwa orang tua pasti ingin yang terbaik bagi anak-anaknya. Walaupun menurut pandangan kita kurang cocok tapi cobalah menerimanya dengan ikhlas. InsyaAllah diridhoi oleh Sang Maha Kuasa.
5. Jangan menyakiti perasaan orang tua
Cara menghadapi orang tua yang egois menurut islam haruslah dengan cara yang baik. Tidak boleh menyakiti ataupun menyinggung perasaan orang tua. Sebab perbuatan tersebut termasuk durhaka pada orang tua. Dan perlu kalian tahu, durhaka adalah dosa yang besar.
“Maukah aku beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, ‘Baiklah, ya Rasulullah’. Bersabda Nabi: Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua serta camkanlah dan saksi palsu dan perkataan bohong”. Maka Nabi selalu megulangi, ‘Dan persaksian palsu’ sehingga kami berkata, ‘semoga Nabi diam.” (HR.Bukhari dan Muslim).
6. Ajak orang tua mengikuti kajian
Apabila kita memang tidak mampu memberikan nasehat yang baik pada orang tua, maka cobalah mengajak orang tua mengikuti kajian atau majelis ilmu. Hal ini dapat membantu membuka wawasan orang tua. Namun ingat, untuk cara mengajaknya sebaiknya secara baik-baik. Jika memang orang tua tidak mau atau tidak sempat karena terlalu sibuk, kita bisa menunjukkan video agama kepada orang tua. Tunjukkan bahwa agama islam itu bersifat toleran dan memiliki batas-batas yang jelas antara haram dan halal.
7. Memberikan hadiah
Tidak ada salahnya sesekali kita memberikan orang tua oleh-oleh atau buah tangan. Cara ini juga bisa membantu meruntuhkan sikap orang tua yang egois. Tidak perlu membeli sesuatu yang mahal. Kita bisa memilih suatu benda yang disukai orang tua kita, misalnya baju koko atau cangkir. Atau juga bisa membuat hadiah handmade agar hati orang tua lebih tersentuh, misalnya syal rajut, kerajinan tangan bingkai foto, dan sebagainya.
8. Diam, namun tidak mendiamkan
Cara menghadapi orang tua yang egois menurut islam berikutnya adalah dengan diam. Bersikap diam bukan berarti mendiamkan ya. Cuma kita tidak perlu berbantah-batahan dengan orang tua. Daripada menjawab omongan ornag tua dengan kata-kata kasar, alangkah baiknya jika kita diam saja. Namun demikian kita tidak boleh mendiamkan orang tua. Jika orang tua mengajak berbicara ya kita harus menyahut. Yang terpenting jangan sampai berbuat durhaka.
Dalam hadist dijelaskan:
“Allah tidak akan menerima shalat orang yang dibenci kedua orang tuanya yang tidak menganiaya kepadanya.” (HR. Abu Al-Hasan bin Makruf)
“Ada tiga golongan yang Allah tidak menerima (amal kebajikannya) dari yang sunnah maupun yang fardhu, yaitu durhaka kepada orang tua, ornag yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya, dan ornag yang mendustakan takdir.” (HR. Thabrani)
9. Memberikan dalil-dalil tentang agama
Cara selanjutnya coba dengan memberikan dalil-dalil tentang agama kepada orang tua, misalnya ayat Al-Quran atau Al-hadist. Jika kita tidak mampu berbicara secara langsung, kita bisa mengirim dalil tersebut lewat pesan di ponsel, misalnya melalui whatsapp. Tak masalah jikapun orang tua tidak mau yang membaca atau memahaminya. Yang terpenting, kita sudah berusaha sebaik mungkin tanpa menyakiti hatinya.
Cara selanjutnya coba dengan memberikan dalil-dalil tentang agama kepada orang tua, misalnya ayat Al-Quran atau Al-hadist. Jika kita tidak mampu berbicara secara langsung, kita bisa mengirim dalil tersebut lewat pesan di ponsel, misalnya melalui whatsapp. Tak masalah jikapun orang tua tidak mau yang membaca atau memahaminya. Yang terpenting, kita sudah berusaha sebaik mungkin tanpa menyakiti hatinya.
10. Membalas dengan perbuatan baik
Api yang panas hanya mampu dipadamkan dengan air yang dingin. Begitupun dengan perbuatan jahat. Kejahatan tidak harus dibalas dengan kejahatan. Akan lebih mulia jika kita membalas perbuatan jelek dengan kebaikan. Apabila orang tua bersikap buruk kepaada kita maka janganlah kita buruk juga kepada mereka. Cobalah membalas dengan kebaikan. Dengan begitu, mungkin saja egonya akan runtuh sebab melihat ketulusan hati kita.
11. Tersenyum
Tersenyum adalah salah satu perbuatan yang bernilai ibadah. Tersenyum dapat membuat hati orang yang memandangnya jadi senang dan sejuk. Tersenyum juga bisa memadamkan amarah. Maka itu, tidak ada salahnya jika kita mencoba memberikan senyum tulus kepada orang tua, sekalipun mereka telah menyakiti hati kita.
12. Mengajak orang tua berlibur
Daripada harus marah-marah, lebih baik tunjukkan sikap tulusmu dengan mengajak orang tua berlibur. Tidak perlu ke tempat yang mewah. Kita bisa berpegian ke tempat-tempat yang sejuk dan damai, misalnya pengunungan atau taman bunga. Nantinya, disanalah kita bisa membicarakan segala hal dengan baik. Ketahuilah bahwa suasana yang tenang bisa merubah kondisi hati. Jadi tak ada salahnya kita mencoba cara ini. Iya, kan?
13. Pililah waktu yang tepat untuk berdiskusi
Terkadang perbedaan pendapat bisa diatasi jika kedua belah pihak mampu berdiskusi secara baik-baik dan terbuka. Nah, untuk melakukan diskusi tentu kita harus memilih waktu yang tepat. Jangan sampai orang tua baru pulang kerja kita langsung mengajaknya diskusi. Ini malah menimbulkan masalah. Pilih waktu disaat orang tua sedang santai. Kamu bisa membuat kue, menyuguhkannya lalu ajaklah orang tua berdiskusi dengan bahasa santai namun tetap hormati pendapatnya.
14. Didoakan
Sudah menjadi kewajiban seorang anak untuk mendoakan orang tuanya. Kapapun, dimanapun dan dalam situasi bagaimanapun. Kita wajib berdoa yang baik-baik untuk orang tua. Begitupun saat orang tua bersikap egois dan tidak mau mengakui kesalahannya. Cukup doakan saja. Dengan begitu, Allah akan membantu mencarikan jalan keluar yang terbaik.
Satu hal yang perlu kita ingat, jangan sampai kita durhaka pada orang tua. Perbuatan durhaka tidak hanya membuat kita sengsara di dunia tapi juga menghancurkan kita di kubur dan akhirat. Bahkan amalan ibadah kita tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala jika kita mendurhakai orang tua.
“Semua dosa itu azabnya ditunda oleh Allah SWT. sampai hari kiamat, kecuali orang yang durhaka kepada orang tuanya. Sesungguhnya Allah akan mempercepat azab kepadanya; dan Allah akan menambah umur seorang hamba jika ia berbuat baik kepada ibu bapaknya, bahkan Allah akan menambah kebaikan kepada siapa saja yang berbuat baik kepada ibu bapaknya serta memberi nafkah kepada mereka, jika diperlukan.” (H.R. Ibnu Majah)
Demikianlah penjelasan mengenai cara menghadapi orang tua yang egois menurut islam. Semoga bermanfaat dan dapat membantu.
Api yang panas hanya mampu dipadamkan dengan air yang dingin. Begitupun dengan perbuatan jahat. Kejahatan tidak harus dibalas dengan kejahatan. Akan lebih mulia jika kita membalas perbuatan jelek dengan kebaikan. Apabila orang tua bersikap buruk kepaada kita maka janganlah kita buruk juga kepada mereka. Cobalah membalas dengan kebaikan. Dengan begitu, mungkin saja egonya akan runtuh sebab melihat ketulusan hati kita.
11. Tersenyum
Tersenyum adalah salah satu perbuatan yang bernilai ibadah. Tersenyum dapat membuat hati orang yang memandangnya jadi senang dan sejuk. Tersenyum juga bisa memadamkan amarah. Maka itu, tidak ada salahnya jika kita mencoba memberikan senyum tulus kepada orang tua, sekalipun mereka telah menyakiti hati kita.
12. Mengajak orang tua berlibur
Daripada harus marah-marah, lebih baik tunjukkan sikap tulusmu dengan mengajak orang tua berlibur. Tidak perlu ke tempat yang mewah. Kita bisa berpegian ke tempat-tempat yang sejuk dan damai, misalnya pengunungan atau taman bunga. Nantinya, disanalah kita bisa membicarakan segala hal dengan baik. Ketahuilah bahwa suasana yang tenang bisa merubah kondisi hati. Jadi tak ada salahnya kita mencoba cara ini. Iya, kan?
13. Pililah waktu yang tepat untuk berdiskusi
Terkadang perbedaan pendapat bisa diatasi jika kedua belah pihak mampu berdiskusi secara baik-baik dan terbuka. Nah, untuk melakukan diskusi tentu kita harus memilih waktu yang tepat. Jangan sampai orang tua baru pulang kerja kita langsung mengajaknya diskusi. Ini malah menimbulkan masalah. Pilih waktu disaat orang tua sedang santai. Kamu bisa membuat kue, menyuguhkannya lalu ajaklah orang tua berdiskusi dengan bahasa santai namun tetap hormati pendapatnya.
14. Didoakan
Sudah menjadi kewajiban seorang anak untuk mendoakan orang tuanya. Kapapun, dimanapun dan dalam situasi bagaimanapun. Kita wajib berdoa yang baik-baik untuk orang tua. Begitupun saat orang tua bersikap egois dan tidak mau mengakui kesalahannya. Cukup doakan saja. Dengan begitu, Allah akan membantu mencarikan jalan keluar yang terbaik.
Satu hal yang perlu kita ingat, jangan sampai kita durhaka pada orang tua. Perbuatan durhaka tidak hanya membuat kita sengsara di dunia tapi juga menghancurkan kita di kubur dan akhirat. Bahkan amalan ibadah kita tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala jika kita mendurhakai orang tua.
“Semua dosa itu azabnya ditunda oleh Allah SWT. sampai hari kiamat, kecuali orang yang durhaka kepada orang tuanya. Sesungguhnya Allah akan mempercepat azab kepadanya; dan Allah akan menambah umur seorang hamba jika ia berbuat baik kepada ibu bapaknya, bahkan Allah akan menambah kebaikan kepada siapa saja yang berbuat baik kepada ibu bapaknya serta memberi nafkah kepada mereka, jika diperlukan.” (H.R. Ibnu Majah)
Demikianlah penjelasan mengenai cara menghadapi orang tua yang egois menurut islam. Semoga bermanfaat dan dapat membantu.