Tidur Mengarah Pada Kiblat Itu Yang Seperti Apa?
Tidur Mengarah Pada Kiblat Itu Yang Seperti Apa?
Pertanyaan :
Di tempat ibadah dekat tempat bekerja kami, ba'da (selesai) shalat zuhur tidak sedikit yang berbaring-baringan di tempat ibadah. Mereka rehat (tidur) dengan bagian kepala lebih dekat pada arah tempat khotbah (mimbar) pada masjid tersebut, ketimbang bagian kakinya.
dengan kata lain, seandainya kiblat (baitullah) di haluan arah barat, maka bagian kepalanya di barat serta bagian kakinya ketimur. Waktu itu kami pula ikut berbaring-baringan disana, tapi dengan haluan arah berbeda dari muslim jamaah yang berada disana, yakni bagian kaki menuju arah kiblat ( barat), serta bagian kepala di posisi timur, dengan niat mampu "mengikuti sunnah" berdasarkan sesuatu yang dipahami kami serta dengan tujuan mampu diadaptasi pula oleh muslim jamaah yang lain.
eh justru malahan kami yang mendapat sebuah teguran yang tak kunjung usai oleh muslim jamaah disana, (kebetulan terdapat sebuah sekumpulan jamaah yang sedang melakukan dakwah yang tinggal menetap dalam beberapa hari di tempat ibadah saya tersebut
Mereka menyebutkan jikalau rehat (tidur) kami tidak menuju arah kiblat (baitullah), suul adab sebuah adab yang buruk kata mereka. Terus mereka berucap kata-kata, "kalau rehat (tidur), bagian kaki tidak boleh menuju arah kiblat (baitullah)."
pertanyaan kami, Seperti apakah sesungguhnya rehat (tidur) menuju arah kiblat (baitullah) yang sesungguhnya ?
Penjelasan :
berikut perihal yang menjadi permasalahannya, sering dan tidak sedikit orang yang tidak memiliki pengetahuan bagaimana sesungguhnya rehat (tidur) dengan menuju arah kiblat (baitullah) itu. Padahal ini merupakan ihwal persoalan yang amat sangat penting untuk diketahui, apalagi oleh seorang muslim.
disebabkan seseorang yang sedang mengalami kondisi sakit. serta dia-pun harus menunaikan kewajiban shalat. tentunya dia harus tetap menghadap menuju arah kiblat (baitullah). sebab hal itu yang termasuk syarat menjadi sahnya shalat.
Selanjutnya pemaparan penjelasannya : Yang dimaksud menuju arah kiblat (baitullah) ketika rehat (tidur) itu terdapat dua gaya posisi berdasarkan alim ulama. Gaya posisi pertama yakni seseorang berbaring miring, bila kiblat (baitullah) dibarat, maka bagian kepalanya disebelah utara adapun bagian kakinya di selatan. Kemudian bagian muka (wajah) dimiringkan menuju arah barat, sehingga orang tersebut bertumpu dalam lambung kanannya. keterangan ini menurut hadits :
"Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah seperti halnya wudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah miring ke sisi kananmu" (HR. Bukhari)
Sedangkan cara maupun posisi selanjutnya, yang dinamakan rehat (tidur) dengan menuju arah kiblat (baitullah) berdasarkan alim ulama yaitu dengan meluruskan bagian kaki menuju arah kiblat (baitullah) ! Oleh karenanya, apa yang dikerjakan oleh teman diri kita pada pertanyaan diatas sudah sangat tepat
Untuk muslim yang melakukan shalat sambil berbaring, adapun dia harus menuju arah kiblat (baitullah),
Di tempat ibadah dekat tempat bekerja kami, ba'da (selesai) shalat zuhur tidak sedikit yang berbaring-baringan di tempat ibadah. Mereka rehat (tidur) dengan bagian kepala lebih dekat pada arah tempat khotbah (mimbar) pada masjid tersebut, ketimbang bagian kakinya.
dengan kata lain, seandainya kiblat (baitullah) di haluan arah barat, maka bagian kepalanya di barat serta bagian kakinya ketimur. Waktu itu kami pula ikut berbaring-baringan disana, tapi dengan haluan arah berbeda dari muslim jamaah yang berada disana, yakni bagian kaki menuju arah kiblat ( barat), serta bagian kepala di posisi timur, dengan niat mampu "mengikuti sunnah" berdasarkan sesuatu yang dipahami kami serta dengan tujuan mampu diadaptasi pula oleh muslim jamaah yang lain.
eh justru malahan kami yang mendapat sebuah teguran yang tak kunjung usai oleh muslim jamaah disana, (kebetulan terdapat sebuah sekumpulan jamaah yang sedang melakukan dakwah yang tinggal menetap dalam beberapa hari di tempat ibadah saya tersebut
Mereka menyebutkan jikalau rehat (tidur) kami tidak menuju arah kiblat (baitullah), suul adab sebuah adab yang buruk kata mereka. Terus mereka berucap kata-kata, "kalau rehat (tidur), bagian kaki tidak boleh menuju arah kiblat (baitullah)."
pertanyaan kami, Seperti apakah sesungguhnya rehat (tidur) menuju arah kiblat (baitullah) yang sesungguhnya ?
Penjelasan :
berikut perihal yang menjadi permasalahannya, sering dan tidak sedikit orang yang tidak memiliki pengetahuan bagaimana sesungguhnya rehat (tidur) dengan menuju arah kiblat (baitullah) itu. Padahal ini merupakan ihwal persoalan yang amat sangat penting untuk diketahui, apalagi oleh seorang muslim.
disebabkan seseorang yang sedang mengalami kondisi sakit. serta dia-pun harus menunaikan kewajiban shalat. tentunya dia harus tetap menghadap menuju arah kiblat (baitullah). sebab hal itu yang termasuk syarat menjadi sahnya shalat.
Selanjutnya pemaparan penjelasannya : Yang dimaksud menuju arah kiblat (baitullah) ketika rehat (tidur) itu terdapat dua gaya posisi berdasarkan alim ulama. Gaya posisi pertama yakni seseorang berbaring miring, bila kiblat (baitullah) dibarat, maka bagian kepalanya disebelah utara adapun bagian kakinya di selatan. Kemudian bagian muka (wajah) dimiringkan menuju arah barat, sehingga orang tersebut bertumpu dalam lambung kanannya. keterangan ini menurut hadits :
"Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah seperti halnya wudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah miring ke sisi kananmu" (HR. Bukhari)
Sedangkan cara maupun posisi selanjutnya, yang dinamakan rehat (tidur) dengan menuju arah kiblat (baitullah) berdasarkan alim ulama yaitu dengan meluruskan bagian kaki menuju arah kiblat (baitullah) ! Oleh karenanya, apa yang dikerjakan oleh teman diri kita pada pertanyaan diatas sudah sangat tepat
Untuk muslim yang melakukan shalat sambil berbaring, adapun dia harus menuju arah kiblat (baitullah),
"Salatlah dengan berdiri. Jika tidak mampu berdiri, salatlah dengan duduk. Jika tidak mampu duduk, salatlah dengan berbaring." (HR. Ahmad, Bukhari), . An Nasa'i menambahkan dengan sanad sahih, "Jika tidak mampu (shalat sambil berbaring miring), shalatlah dengan terlentang."
Orang sakit yang tidak bisa berbaring, boleh shalat dengan posisi terlentang serta menghadapkan bagian kakinya lebih dekat ke arah kiblat (baitullah), lantaran hal ini lebih dekat kepada cara berdiri. Misalnya bila kiblatnya berada disebelah barat maka letak bagian kepalanya di sebelah timur serta bagian kakinya di posisi sebelah barat.
Oleh karenanya tidak ada larangan dan boleh saja dilakukan. Justru rehat (tidur) dengan sebaliknya (yakni rehat (tidur) terlentang dengan bagian kepala berada diposisi barat (lebih dekat pada kiblat tidak termasuk termasuk rehat (tidur) yang menuju arah kiblat (baitullah), serta tidak satupun alim ulama yang memiliki sudut pandang demikian. apabila shalat dengan cara yang demikian. maka shalatnya tidak sah. Wallahu a’lam.
Kesimpulannya, tidur dengan mengarahkan kaki ke kiblat adalah termasuk 1 dari 2 penafsiran ulama tentang tata cara tidur menghadap kiblat. Jadi boleh saja dilakukan. Justru tidur dengan sebaliknya (yakni tidur terlentang dengan kepala lebih dekat kiblat) bukanlah termasuk tidur yang menghadap kiblat, dan tidak satupun ulama yang berpendapat demikian. Bila dilakukan untuk mengerjakan shalat, maka shalatnya tidak sah. Wallahu a’lam.
sumber : Shahih Bukhari, HR Abu Dawud, At Tirmidzai, Ibnu Majah, IBnu Hibban, ihya Ulumuddin, Fiqh al Islami wa Adillatuhu, Mughni Muhtaj, Al-Mughni
Bagikan Tidur Mengarah Pada Kiblat Itu Yang Seperti Apa? dengan menekan tombol bagi dibawah ini
Posting Komentar